Syukur Alhamdulillah tiga hari lagi saya diwisuda dengan gelar Sarjana Sastra padahal saya belum pernah belajar sastra baik Indonesia maupu...
Syukur Alhamdulillah tiga hari lagi saya diwisuda dengan gelar Sarjana Sastra padahal saya belum pernah belajar sastra baik Indonesia maupun bahasa asing. Saya hanya belajar penerjemahan karena jurusan yang saya ambil itu Jurusan Tarjamah, satu-satunya jurusan strata satu (S1) di Indonesia yang mempelajari ilmu penerjemahan.
Wisuda pada hakikatnya adalah sunah yang wajib itu belajarnya. Percuma saya diwisuda tapi tidak bisa menerjemahkan teks-teks berbahasa Arab ke bahasa Indonesia apalagi tidak bisa menerjemahkan buku-buku bahasa Arab.
Banyak lika-liku menuju wisuda, saya harus berjuang dulu menulis skripsi dan dipertangungjawabkan di hadapan dosen penguji. Setelah itu, saya harus revisi skripsi sebelum mendaftar wisuda. Akhirnya di akhir-akhir penutupan pendaftaran wisuda saya bisa memenuhi persyaratan agar bisa wisuda di bulan November 2015 tepatnya sabtu besok tanggal 28.
Senang rasannya akan diwisuda setelah proses pembelajaran yang melelahkan. Tapi, saya agak kecewa karena gelar saya itu Sarjana Sastra. Bagi saya gelar itu amatlah tidak pantas saya sandang. Karena saya tidak bisa sastra dan tak mengerti sastra bukan pula pencinta sastra. Mau tidak mau saya menerima gelar itu.
----
Wisuda juga bisa dijadikan ajang untuk membanggakan. Bukan membanggakan diri, tetapi untuk membanggakan orang tua. Di saat saya berada di depan aula dan saat namaku disebut, disitulah saya bicara di dalam hati, “Bunda… Ayahanda… inilah anakmu, keberhasilanku ini bukanlah hanya keberhasilanku saja, tetapi keberhasilan kalian juga… Love you…”
Katanya wisuda juga momen yang sangat spesial karena bisa mengenalkan pasangannya ke keluarganya walaupun bukan hanya waktu wisuda bisa mengenalkannya. Bukan karena saya belum ada pasangan. Tapi pasangannya lagi meneruskan jenjang pendidikan di organisasi yang dia ikuti yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yaitu Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang katanya sih diwajibkan sama seniornya. Saya masih percaya dia akan ikut hadir walaupun sedang mengikuti PKD. Tapi enggak tahu juga dia dateng atau enggak. Semuanya akan terjawab pada hari Sabtu depan. Let's see.
Saya sih enggak sedih saya masih bahagia karena bisa membuktikan kepada orang tua dan kelurga, bahwa saya kuliah dengan baik dan benar alias tepat waktu walaupun enggak tahu mau jadi apa setelah mendapatkan gelar sarjana.
----
Sebelum saya akhiri postingan ini saya sarankan kepada kalian yang masih kuliah apalagi sudah semester akhir, segeralah menulis skripsi fokus dalam waktu satu sampe tiga bulan buat nulis skrips. Inget sama umur, jangan banyak main apalagi pacaran. Mahasiswa itu baca, nulis dan ngopi (diskusi) bonusnya punya pacar.
Oiya, doain saya, semoga segera mapan dan ngelamar cewek idaman, asik. Walaupun enggak tahu dateng atau enggak pas wisuda. :)
Wisuda pada hakikatnya adalah sunah yang wajib itu belajarnya. Percuma saya diwisuda tapi tidak bisa menerjemahkan teks-teks berbahasa Arab ke bahasa Indonesia apalagi tidak bisa menerjemahkan buku-buku bahasa Arab.
Banyak lika-liku menuju wisuda, saya harus berjuang dulu menulis skripsi dan dipertangungjawabkan di hadapan dosen penguji. Setelah itu, saya harus revisi skripsi sebelum mendaftar wisuda. Akhirnya di akhir-akhir penutupan pendaftaran wisuda saya bisa memenuhi persyaratan agar bisa wisuda di bulan November 2015 tepatnya sabtu besok tanggal 28.
Senang rasannya akan diwisuda setelah proses pembelajaran yang melelahkan. Tapi, saya agak kecewa karena gelar saya itu Sarjana Sastra. Bagi saya gelar itu amatlah tidak pantas saya sandang. Karena saya tidak bisa sastra dan tak mengerti sastra bukan pula pencinta sastra. Mau tidak mau saya menerima gelar itu.
----
Wisuda juga bisa dijadikan ajang untuk membanggakan. Bukan membanggakan diri, tetapi untuk membanggakan orang tua. Di saat saya berada di depan aula dan saat namaku disebut, disitulah saya bicara di dalam hati, “Bunda… Ayahanda… inilah anakmu, keberhasilanku ini bukanlah hanya keberhasilanku saja, tetapi keberhasilan kalian juga… Love you…”
Katanya wisuda juga momen yang sangat spesial karena bisa mengenalkan pasangannya ke keluarganya walaupun bukan hanya waktu wisuda bisa mengenalkannya. Bukan karena saya belum ada pasangan. Tapi pasangannya lagi meneruskan jenjang pendidikan di organisasi yang dia ikuti yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yaitu Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang katanya sih diwajibkan sama seniornya. Saya masih percaya dia akan ikut hadir walaupun sedang mengikuti PKD. Tapi enggak tahu juga dia dateng atau enggak. Semuanya akan terjawab pada hari Sabtu depan. Let's see.
Saya sih enggak sedih saya masih bahagia karena bisa membuktikan kepada orang tua dan kelurga, bahwa saya kuliah dengan baik dan benar alias tepat waktu walaupun enggak tahu mau jadi apa setelah mendapatkan gelar sarjana.
----
Sebelum saya akhiri postingan ini saya sarankan kepada kalian yang masih kuliah apalagi sudah semester akhir, segeralah menulis skripsi fokus dalam waktu satu sampe tiga bulan buat nulis skrips. Inget sama umur, jangan banyak main apalagi pacaran. Mahasiswa itu baca, nulis dan ngopi (diskusi) bonusnya punya pacar.
Oiya, doain saya, semoga segera mapan dan ngelamar cewek idaman, asik. Walaupun enggak tahu dateng atau enggak pas wisuda. :)
