Universitas, Institut, atau Sekolah Tinggi, tempat menuntut ilmu (kuliah) setiap harinya selama empat tahun atau lima tahun, bahkan le...
Universitas, Institut, atau
Sekolah Tinggi, tempat menuntut ilmu (kuliah) setiap harinya selama empat tahun
atau lima tahun, bahkan lebih, heheh semoga kita dapat selesai pada waktunya. Mahasiswa
baru (Maba) tidak tahu bagaimana kehidupan di kampus dari segi sistem perkuliahan,
birokasi dan segala aktifitas organisasi yang ada di dalamnya, dan lain
sebagainya. Itulah yang dirasakan Penulis pada waktu tiga tahun silam.
Namun hal itu terkikis dengan
adanya pendekatan dari kakak seniornya ketika di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) atau Madrasah Aliyah (MA) maupun pesantren yang dulu ditempati. Selain
itu, ada orang lain yang mendekati demi sebuah organisasi yang mulai digelutinya
ketika masuk kampus, baik organisasi internal maupun eksternal agar bisa
mengikuti jejaknya.
Lalu saya putuskan untuk masuk
(menjadi) Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ada beberapa hal
yang perlu diketahui kenapa Saya harus pilih PMII?
PMII merupakan organisasi
pengkaderan yang lahir dari warga nahdliyin (NU). Selain itu, PMII bukan hanya sekedar organisasi masa (Ormas) seperti organisasi
lainnya. Ternyata, PMII memiliki kelebihan dibanding dengan yang lain. Sama halnya
ketika kita masuk dan mendaftarkan diri untuk menjadi anggota atau kader
tentunya kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berbeda. Sudah disinggung
di atas bahwasannya PMII mempunyai nilai yang lebih yang tidak dimiliki oleh
organisasi lainnya. Adapun nilai lebih yang dimiliki PMII, ialah;
1. Islam Nusantara
Islam Nusantara memberi karakter
bermazhab dalam teks-teks para ulama NUsantara untuk menyambungkan kita
dengan tradisi leluhur kita, untuk kita hormati, dan untuk meneladani
contoh-contoh terbaik yang mereka hasilkan. Maka dalam PMII tradisi-tradisi Islam Nusantara terus dijaga.
2. Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja)
Aswaja dijadikan sebagai Manhaj
Al-fiqr (Metode Berfikir) oleh warga PMII dan sebagai pijakan berfikir, Aswaja
merupakan tawaran atau pilihan yang sangat mengena untuk setiap anggota atau kader.
Karena Aswaja merupakan ikatan kultural ideologi NU, bukan secara struktural.
2. Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja)
3. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
Menjadi sumber kekuatan ideal moral dari aktifitas pergerakan, pusat argumentasi, dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktifitas pergerakan. Adapun nilai-nilainya, antara lain; Tauhid, Hubungan dengan Tuhan, Hubungan dengan Manusia, Hubungan dengan Alam, dan Hubungan dengan Ilmu.
Menjadi sumber kekuatan ideal moral dari aktifitas pergerakan, pusat argumentasi, dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktifitas pergerakan. Adapun nilai-nilainya, antara lain; Tauhid, Hubungan dengan Tuhan, Hubungan dengan Manusia, Hubungan dengan Alam, dan Hubungan dengan Ilmu.
4. Paradigma Kritis-Transformatif
Paradigma dalam PMII dapat dirumuskan sebagai titik pijak untuk menentukan cara pandang, menyusun sebuah teori, menyusun pertanyaan, dan sesuai dengan tuntutan keadaan masyarakat PMII baik secara sosiologis, politis, dan antropologis. Maka PMII memilih paradigma kritis-transformatif sebagai pijakan organisasi. Dalam mewujudkan trasformasi sosial PMII bukan hanya berpijak pada paradigma kritis saja. Mengapa demikian? Karena paradigma kritis hanya mampu melakukan analisis tetapi tidak mampu melakukan organizing atau mengaktualisasikan, menjabatani, dan melakukan perubahan sosial. Karenanya, paradigma kritis yang digunakan PMII adalah kritik yang mampu mewujudkan perubahan sehingga menjadi paradigma kritis-transformatif. Dalam hal ini paradigma kritis-transformatif dituntut untuk memiliki instrumen-instrumen gerak yang biasa dilakukan oleh PMII.
Paradigma dalam PMII dapat dirumuskan sebagai titik pijak untuk menentukan cara pandang, menyusun sebuah teori, menyusun pertanyaan, dan sesuai dengan tuntutan keadaan masyarakat PMII baik secara sosiologis, politis, dan antropologis. Maka PMII memilih paradigma kritis-transformatif sebagai pijakan organisasi. Dalam mewujudkan trasformasi sosial PMII bukan hanya berpijak pada paradigma kritis saja. Mengapa demikian? Karena paradigma kritis hanya mampu melakukan analisis tetapi tidak mampu melakukan organizing atau mengaktualisasikan, menjabatani, dan melakukan perubahan sosial. Karenanya, paradigma kritis yang digunakan PMII adalah kritik yang mampu mewujudkan perubahan sehingga menjadi paradigma kritis-transformatif. Dalam hal ini paradigma kritis-transformatif dituntut untuk memiliki instrumen-instrumen gerak yang biasa dilakukan oleh PMII.
Selain hal di atas PMII juga
mempunyai format profil yang berupa:
- Dikir, Fikir dan Amal Sholeh (Motto PMII)
- Taqwa, Intelektualitas dan Profisionalitas (Tri Khidmad PMII)
- Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan (Tri Komitmen PMII)
- Ulul Albab (Eka Citra Diri PMII)
Kenapa PMII memakai Ulul Albab
sebagai Eka Citra Diri? Sebab Ulul Albab mempunyai cita-cita yang luhur dan
agung dalam membentuk kadernya yang berupa:
- Berkesadaran historis-Primordial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam;
- Berjiwa optimis-Trasendental-atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan;
- Berfikir secara dealektis;
- Bersikap kritis.