Kepulauan Nusantara Sumpah Pemuda tahun 1928 yang hanya terdiri atas tiga butir itu tampaknya sangat sederhana, tetapi sesungguhnya mem...
![]() |
Kepulauan Nusantara |
Sumpah Pemuda tahun 1928 yang hanya terdiri atas tiga butir
itu tampaknya sangat sederhana, tetapi sesungguhnya mempunyai kearifan yang
sangat tinggi. Dimasukkannya butir tentang bahasa, selain untuk memudahkan
komunikasi dan mengukuhkan persatuan, juga karena ba-hasa adalah unsur inti dalam pembentukan kebudayaan dan
peradaban suatu bangsa.
Semua kekayaan budaya bangsa, nilai–nilai luhur, jati diri
dan puncak–puncak pencapaian kejayaan bangsa di masa silam, semua itu dapat
diwarisi generasi penerusnya melalui bahasa, sehingga menjadi cultural
identity yang dapat menjadi pedoman untuk menghadapi tantangan masa depan
bangsa. Setiap bangsa mempunyai warisan masa lalu yang menjadi budaya
dasarnya, yang merupakan original cultural substratum, yaitu landasan jati
diri asli bangsa yang memberinya kemampuan untuk bertahan terhadap pengaruh
budaya luar, dengan menyaring dan mengolahnya untuk memajukan budaya sendiri,
yang akan membuatnya lebih kuat dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Menurut Pranarka dalam buku ”Sejarah Pemikiran Tentang
Pancasila”, budaya dasar bangsa Indonesia adalah ”sikap kritis yang didukung
oleh daya sintesa dan daya akulturasi yang kuat”. Sikap budaya dasar yang
demikian itu ada benang merahnya di seluruh budaya suku–suku bangsa di Kepulauan Nusantara ini. Bangsa
Indonesia tidak pernah menerima pengaruh luar secara mentah, tetapi selalu
menyaring dan mengolahnya untuk menjadi budaya yang lebih kuat. Agar budaya
dasar itu tidak hilang, maka perlu dikembangkan budaya nasional yang didukung
oleh budaya–budaya daerah, yang sekaligus mengukuhkan jati diri bangsa.
Budaya bangsa Indonesia adalah budaya yang dilandasi
kemajemukan, banyak perbedaan tetapi tetap bersatu: Bhinneka Tunggal Ika, bisa
juga disebut budaya Islam NUsantara. Walaupun zaman sudah modern janganlah kita
lupa akan tradisi-tradisi NUsantara.
Hilangnya jati diri bangsa akan melahirkan generasi baru
yang sanggup mengkhianati cita–cita perjuangan para founding fathers,
yang rela bangsa dan negaranya dicabik–cabik, yang tega membunuh dan membakar
kampung tetangganya, dan yang lebih parah lagi
tidak hirau bang-sa dan negara ini dijajah kembali oleh kekuatan asing.
Bahkan beberapa cendekiawan muda ada yang mulai menyalahkan para pejuang
kemerdekaan yang dulu mengangkat senjata melawan penjajah, karena negara–negara tetangga yang memperoleh kemerdekaannya tanpa melakukan perlawanan
terhadap penjajah sekarang justeru lebih makmur.
Bahkan ada hal yang lebih menyedihkan lagi karena ada ulama yang mengharamkan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, karena katanya di Arab Saudi hal itu dilarang. Lho, pak ulama ini bangsa mana? kita kan Bangsa Indonesia yang berkarakter Islam NUsantara. Dalam sejarah perang Islam ada kisah heroik ketika Panglima Khalid bin Walid meneruskan mengangkat bendera Islam ke tengah medan tempur setelah prajurit yang membawanya gugur karena lengannya terpotong-potong, sehingga membangkitkan semangat para prajurit dan memenangkan perang.
Bahkan ada hal yang lebih menyedihkan lagi karena ada ulama yang mengharamkan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, karena katanya di Arab Saudi hal itu dilarang. Lho, pak ulama ini bangsa mana? kita kan Bangsa Indonesia yang berkarakter Islam NUsantara. Dalam sejarah perang Islam ada kisah heroik ketika Panglima Khalid bin Walid meneruskan mengangkat bendera Islam ke tengah medan tempur setelah prajurit yang membawanya gugur karena lengannya terpotong-potong, sehingga membangkitkan semangat para prajurit dan memenangkan perang.