Kata senior, masa kuliah kerja nyata (KKN) adalah masa tak terlupakan. Bayangkan saja, sekira satu bulan kita tinggal bareng dengan tema...
Kata
senior, masa kuliah kerja nyata (KKN) adalah masa tak terlupakan. Bayangkan
saja, sekira satu bulan kita tinggal bareng dengan teman-teman dari berbagai
jurusan di desa dengan berbagai keterbatasan.
Tapi,
siapa bilang KKN cuma menyediakan pengalaman hura-hura saat mahasiswa?
Nyatanya, KKN justru melatih berbagai keterampilan kita; tidak hanya di bidang
studi yang sedang kita tekuni, tetapi juga dari bidang lain. Sebab, kita
memerlukan kompetensi multidisiplin ketika mencari solusi atas suatu masalah di
masyarakat.
Selain
melatih kompetensi multidisiplin, KKN juga melatih kepekaan mahasiswa dalam
melihat masalah yang dihadapi masyarakat. Bonus lainnya, melalui perencanaan
dan pembuatan berbagai program KKN, mahasiswa pun dapat belajar berkoordinasi
dengan instansi terkait dan membangun networking.

Di
bawah ini adalah kesan dan pesan selama menjalankan KKN di Desa Tanjakan
Dari
beberapa rangkaian peristiwa dalam pengabdian kami di sebuah kampung kecil
bernama Tegal yang berpenduduk kurang lebih 150 KK dan sangat bersahaja dalam
penerimaannya terhadap kami. Sungguh sesuatu yang cukup berkesan di hati kami
dan tentunya di hati mereka. Desa TanjakanKec. Rajeg Kab. Tangerang menjadi
sebuah bukti kami dalam mengemban amanah sebagai mahasiswa UIN Jakarta untuk
mencurahkan segenap kemampuan untuk pengabdian. Tentunya dalam hal positif dan
konstruktif.
Kami
15 orang tim KKN UIN 074 yang memang lintas fakultas terdiri dari latar
belakang keilmuan yang berbeda sangatlah saling mengisi, skill yang kami
miliki sangat bervariasi dan membuat suasana KKN menjadi lebih berwarna dan
tidak monoton.
Cinta
yang membuat kami bertahan di Kampung Tegal, Desa Tanjakan, kecamatan Rajeg
Tangerang. Warga dan Staff kelurahan yang sangat welcome kepada kami
dengan memberikan banyak kemudahan serta partisipasi aktif dalam setiap
kesempatan kegiatan yang kami buat.
Banyak
kegiatan kami disana sampai terasa 1 hari begitu sangat sempit sekali, sampai
terasa 1 bulan tidak cukup untuk kami, mulai dari penerimaan kami di Kantor
kepala Desa Tanjakan, Penerimaan kami untuk mengajar di SDN Tanjakan III,
Penerimaan kami, sebulan kami mengajar di sana, kami juga melakukan penerangan
jalan untuk akses menuju Desa Tanjakan yang memang gelap gulita sekali sebelum
kami lakukan penerangan disana. Kami juga melakukan renovasi masjid, dan menghiasinya
dengan kaligrafi.
Diluar
itu, kami juga banyak melakukan kegiatan baik yang berhubungan dengan
pengabdian atau sosialisasi masyarakat. Misalnya; mengikuti pengajian majlis
taklim setiap hari jumat (perempuan), penyuluhan hukum pernikahan, membantu
para petani ngegebot padi.
Alhamdulillah
ilmu yang kami dapat di UIN tidak sia-sia. Kami melakukan pengajaran setiap
sore kepada adek-adek sekolah dasar sekitar, jarak yang mereka tempuh lumayan
jauh sekitar 20 km untuk bertemu dengan kami, mereka tak menghiraukannya yang
penting mereka mendapatkan ilmu baru dari kami. Tak jarang pemuda sekitar
memalak mereka, ada yang pulang lagi ke rumahnya ada pula yang nekat untuk
terus melanjutkan langkahnya menuju tempat pembelajaran tepatnya di Musholah
Riyadussholihin. Terdetik di dalam hati rasanya malu sekali melihat kegigihan
mereka. Saya hanya bias mendoakan mereka agar kelak menjadi orang yang sukses
dan bermanfaat bagi masyarakat desa Tanjakan khususnya dan bangsa Indonesia
umumnya.
Kami
selalu bersama-sama baik dalam keadaan senang maupun duka inilah yang membuat
kami semakin dekat satu sama yang lain, bisa memahami kebiasaan kami. Di sinikami
belajar untuk selalu bersama, melakukan segala hal yang belum kami lakukan,
belajar tak egois satu sama yang lain walau tak jarang ada berselisihan di
antara kami tapi itu tak membuat kami musuhan ataupun menjauh malah kami
semakin dekat.
Pada
minggu akhir kami mengadakan kegiatan “Tabligh Akbar sekaligus penutupan KKN di
desa ini” hampir seluruh warga desa Tanjakan mulai dari anak-anak sampai yang
tua turut hadir dalam acara itu. Dua hari kami mempersiapkan acar ini supaya
meriah, mencari botol bekas Kratingden, bamboo untuk dijadikan sebagai obor.
Pada sore hari esoknya kami menaruh obor-obor yang kami buat di sepanjang jalan
menuju lokasi Tabligh Akbar itu. Adzan Maghrib berkumandang Ody bersama Wildan
mulai menyalakan obor-obor itu, satu demi satu obor itu menyala sampai akhirnya
menyala semua tak sadar langit pun berubah gelap di tengah kegelapan terdapat
obor-obor kecil menyala membuat keindahan tersendiri.
Acarapun
lancer. sampailah pada detik-detik yang sama sekali tidak kami inginkan yaitu perpishan,
selama hampir satu bulan kami menjalankan acara demi acara dalam rangka
Pengabdian Masyarakat ini. Tidak pernah kami sangka semua menangis, isak haru
mewarnai penglepasan kepergian kami, Moment pembacaan puisi dan Kesan-Pesan
untuk Warga Tanjakan sangat lah berkesan, dan ditutup oleh pemberian symbolis
untuk desa Tanjakan yang diberiakan langsung kepada Pak Lurah. Sungguh
perpisahan yang manis.. dan sangat tidak disangka-sangka karena mereka sudah
sangat merasa dekat dengan kami, begitupun kami, hampir 30 hari mereka menemani
kami, melihat tawa dan ketulusan mereka meskipun hidup dalam keadaan seadanya.
Kami tidak akan pernah melupakan Tanjakan dan kami berjanji kami pasti kembali…
Tepat
tanggal 8September 2014 pukul 15.30 kami pergi meninggalkan Tanjakan, hamparan sawah
terlihat jelas dan tersenyum pada kami, udara sejuk, kampung bersahaja selamat
tinggal…