Tidak jaminan orang miskin pasti tidak bisa berangkat haji. Tidak jaminan juga orang kaya pasti bisa berangkat haji. Ini terjadi pada tuk...
Tidak jaminan orang miskin pasti tidak bisa berangkat haji. Tidak jaminan juga orang kaya pasti bisa berangkat haji. Ini terjadi pada tukang becak asal Solo, sebut saja namanya Parjan. Parjan bisa mengayuh becak dan mengantar para pelanggannya ke Pasar Klewer dan alun-alun Kota Solo atau ke mana pun pelanggannya mau diantar. Parjan dengan senang hati akan mengantarnya.
Bagi seorang tukang becak, tentu jauh dari harapan untuk bisa mendaftarkan diri pergi haji. Jika pun harus mengumpulkan uang untuk berngkat, perlu waktu bertahun-tahun agar terkumpul uang uantuk mendaftar.
Parjanberbeda dengan tukang becak lainnya. Mungkin tukang becak lainnya tidak berani bermimpi berangkat haji, juga tidak berdoa untuk bisa ke Makkah dan MAdinah. Parjan kenal dengan namanya ilmu sedekah dan yakin Allah akan melipat gandakan rezeki bagi siapa saja yang mau bersedekah.
Sebagai upaya Parjan agar bisa berangkat ke Baitullah dengan sedekah, setiap hari Jumat, Parjan tidak memungut ongkos becaknya dari pelanggan. Parjan sedekah tenanga kepada para pelanggannya. Dia melakukan hal itu berulang-ulangsetiap hari Jumat. Setiap ada orang yang mau memberi bayaran, Parjan selalu menolaknya. Dia katakan bahwa hari itu dia bersedekah tenaga. Parjan juga tidak lupa minta didoakan agar bisa berangkat haji. Tentu penumpang senang karena tidak perlu bayar, padahal sudah diantar ke tempat tujuan. Begitu seterusnya sampai berbulan-bulan.
Suatu ketika, ada seorang yang menaiki becak Parjan. Setelah sampai ditempat tujuan, seperti biasa penumpang ini mengeluarkan dompetnya dan hendak membayar. Namun, karena hari itu adalah hari Jumat, bayaran itu tidak diterima oleh Parjan. Tentu penumpang itu kaget. Kok, ada tukang becak tiak mau menerima bayaran. Padahal, hari itu orang yang naik becak ini berniat sedekah atau memberi uang lebih kepada tukang becak yang dinaikinya. Akan tetapi malah ditolak. Hal ini tentu membuat penumpang ini tertegun. Kemudian, orang ini bertanya kepada Parjan, "Kenapa Bapak nggak mau menerima bayaran?"
"Nyuwun sewu Ndoro. Kulo sampun niat, setiap dinten Jumat kulo niat sedekah tenoga (mohon maaf, saya setiap hari Jumat niat sedekah tenaga)."
"Masya Allah, begitu .... Oh ya, Bapak sudah pernah naik haji...?"
"Dereng Pak (belum pak)"
"Kalo begitu saya berangkatkan haji, ya."
"Nyuwun sewu, mboten sah, Pak. Kulo mboten purun haji (terima kasih, tidak usah, Pak. Saya belum mau haji)"
"Loh, kenapa nggak mau haji?"
"Kulo purun berangkat haji menawi kalian istri kulo (saya mau berangkat haji kalau dengan istri saya)."
"Ya sudah. Kalo begitu, Bapak dan istri, saya berangkatihaji."
"Alhamdulillah..... Matur suwun sanget, Pak... matur sembah nuwun, Pak (terima kasih, Pak ... terima kasih banyak, Pak)."
Siang itu, di tengah trik matahari, Parjan bersujud syukur atas karunia yang dianugrahkan Allah berupa berangkat haji bersama istri. Subhanallah. Memang Allah tidak pernah ingkar dengan janji dan akan mengabulkan doa hamba-Nya.